Batari Durga - “Namaku Durga.” Kata gadis itu sambil menatap sebuah layar
kaca yang terbuat dari air. Yah gadis itu bernama Durga, seperti Gangga, dia
juga manifestasi dari air. Perbedaanya adalah Durga tercipta dari air pegunungan,
sedangkan Gangga adalah dari inti-inti air diangkasa.
“Aku cantik bukan? Kalau tidak percaya tataplah mataku,
disana ada keindahan semesta yang tidak kamu temukan dalam layar televisi, dari
Android ataupun dari enternet-enternet.” Sambung ceritanya pada layar kaca dari
air.
Anting-antingnya yang tembus pandang, seakan mengajak kita
untuk memandang kulit di bawah telinganya. Kulitnya mulus, bukan putih, bukan
kuning, bukan hitam, atau hitam manis, tapi bening, sebening embun pagi, bening
yang menyelimuti, bening yang bersekat, namun indah, bagai cermin yang
memantulkan apa saja yang ada di sekitarnya.
“Jangan kamu bisikan cinta, akulah cinta itu, dan apa saja
tentang cinta ada padaku.” Lanjutnya sambil tersenyum. Senyumnya sejuk, sesejuk
salju, bibirnya antara merah dan putih. Seputih mega-mega, memerah semerah
merah delima yang mampu memancarkan aura kemerahanya kepada apa saja yang
menyentuhnya.
“Hahahahahaha, hahahahaha,” Tertawa sambil mengangkat
tanganya ke atas, lihatlah bayangan tanganya, bukankah dia memiliki lebih dari
dua tangan. Ya ada empat, eh bukan, ada delapan, dan oh ini fatamorgana atau
realitas? Tertawa itu menyeramkan, dan mampu mencipta kabut pekat laksana
mendung yang penuh halilintar. Keindahan dan tak keindahan berpadu dalam satu figur.
Dalang berhenti sejenak dalam bercerita, Durga tidak mampu
tertulis dan terucap dengan kata-kata ataupun diksi-diksi yang dikenal oleh
kebanyakan manusia.
Mengenakan
gaun tak menyerupai gaun,
Mengenakan selendang
tak menyerupai selendang,
Mengenakan perhiasan
tak menyerupai perhiasan,
Mengenakan apapun
tak menyerupai apapun yang dikenal manusia.
Terbuat dari
semacam mutiara, namun bukan mutiara yang kita kenal. Sang dalang berhenti
mengucap, mlongo melihat kemolekan dan kecantikan sang Durga.
Bagaimana
tidak, Guru sang penguasa para penguasa, yang memiliki ribuan kekuatan dan
memegang rahasia bias jatuh cinta. Tak terbayangkan, siapapun yang melihat
wanita ini pasti tergoda asmaranya, mungkin langsung berhalusinasi bercinta
dengannya.
“Jangan katakan
itu, aku bisa lihat keiingan hatimu, dan aku adalah hayalan dari ribuan hayalan
manusia tentang wanita.” Kata gadis itu.
“Akulah
mimpi kaliyan, yang tiap tetesnya aku lahirkan ke wanita-wanita yang berhijab
sampai si penjaja di kota-kota. Tak satupun lelaki yang aku lepaskan, aku bawa
aneka perangkap dari yang halus hingga yang terkasar, akulah penguasa
kenikmatan.” Lanjut si Durga.
Iya memang
benar, aku baru sadar kenapa Durga dipuja, sebagaimana Gangga, sebagaimana
Pawarti, sebagaimana Uma. Ah mungkin ini keindahan yang harus disaksikan oleh
segenap trah manusia. Kisahnya akan abadi sepanjang jaman, di era apapun. Sebab
kecantikan dan keindahan tubuhnya tak bisa digambarkan dengan apapun,
mengalahkan kecantikan wanita manapun. Monalisa, atau Shinta, atau Juliet, atau
para finalis miss univer atau sebutan wanita cantik lainnya.
“Guraumu
keterlaluan, sudah aku bilang, itu hanya tetesan kecil dari keseluruhan air
yang kupunya.” Kata Durga.
“Tak akan
ada kecantikan melebihi kecantikanku, akulah Durga, hanya aku dan tak ada yang
lain.”
“Iya namaku
Durga.”
Foto diambil dari google kata kunci DURGA
0 komentar:
Posting Komentar