Bisa berlangganan dengan RSS

Masukkan Email

Senin, 27 Februari 2017

Batari Durga

jujum
Batari Durga - “Namaku Durga.” Kata gadis itu sambil menatap sebuah layar kaca yang terbuat dari air. Yah gadis itu bernama Durga, seperti Gangga, dia juga manifestasi dari air. Perbedaanya adalah Durga tercipta dari air pegunungan, sedangkan Gangga adalah dari inti-inti air diangkasa.
“Aku cantik bukan? Kalau tidak percaya tataplah mataku, disana ada keindahan semesta yang tidak kamu temukan dalam layar televisi, dari Android ataupun dari enternet-enternet.” Sambung ceritanya pada layar kaca dari air.
Anting-antingnya yang tembus pandang, seakan mengajak kita untuk memandang kulit di bawah telinganya. Kulitnya mulus, bukan putih, bukan kuning, bukan hitam, atau hitam manis, tapi bening, sebening embun pagi, bening yang menyelimuti, bening yang bersekat, namun indah, bagai cermin yang memantulkan apa saja yang ada di sekitarnya.
“Jangan kamu bisikan cinta, akulah cinta itu, dan apa saja tentang cinta ada padaku.” Lanjutnya sambil tersenyum. Senyumnya sejuk, sesejuk salju, bibirnya antara merah dan putih. Seputih mega-mega, memerah semerah merah delima yang mampu memancarkan aura kemerahanya kepada apa saja yang menyentuhnya.
“Hahahahahaha, hahahahaha,” Tertawa sambil mengangkat tanganya ke atas, lihatlah bayangan tanganya, bukankah dia memiliki lebih dari dua tangan. Ya ada empat, eh bukan, ada delapan, dan oh ini fatamorgana atau realitas? Tertawa itu menyeramkan, dan mampu mencipta kabut pekat laksana mendung yang penuh halilintar. Keindahan dan tak keindahan berpadu dalam satu figur.
Dalang berhenti sejenak dalam bercerita, Durga tidak mampu tertulis dan terucap dengan kata-kata ataupun diksi-diksi yang dikenal oleh kebanyakan manusia.
Mengenakan gaun tak menyerupai gaun,
Mengenakan selendang tak menyerupai selendang,
Mengenakan perhiasan tak menyerupai perhiasan, 
Mengenakan apapun tak menyerupai apapun yang dikenal manusia.

Terbuat dari semacam mutiara, namun bukan mutiara yang kita kenal. Sang dalang berhenti mengucap, mlongo melihat kemolekan dan kecantikan sang Durga.
 
Bagaimana tidak, Guru sang penguasa para penguasa, yang memiliki ribuan kekuatan dan memegang rahasia bias jatuh cinta. Tak terbayangkan, siapapun yang melihat wanita ini pasti tergoda asmaranya, mungkin langsung berhalusinasi bercinta dengannya.
“Jangan katakan itu, aku bisa lihat keiingan hatimu, dan aku adalah hayalan dari ribuan hayalan manusia tentang wanita.” Kata gadis itu.
“Akulah mimpi kaliyan, yang tiap tetesnya aku lahirkan ke wanita-wanita yang berhijab sampai si penjaja di kota-kota. Tak satupun lelaki yang aku lepaskan, aku bawa aneka perangkap dari yang halus hingga yang terkasar, akulah penguasa kenikmatan.” Lanjut si Durga.
Iya memang benar, aku baru sadar kenapa Durga dipuja, sebagaimana Gangga, sebagaimana Pawarti, sebagaimana Uma. Ah mungkin ini keindahan yang harus disaksikan oleh segenap trah manusia. Kisahnya akan abadi sepanjang jaman, di era apapun. Sebab kecantikan dan keindahan tubuhnya tak bisa digambarkan dengan apapun, mengalahkan kecantikan wanita manapun. Monalisa, atau Shinta, atau Juliet, atau para finalis miss univer atau sebutan wanita cantik lainnya.
“Guraumu keterlaluan, sudah aku bilang, itu hanya tetesan kecil dari keseluruhan air yang kupunya.” Kata Durga.
“Tak akan ada kecantikan melebihi kecantikanku, akulah Durga, hanya aku dan tak ada yang lain.”
“Iya namaku Durga.”
Foto diambil dari google kata kunci DURGA
 

jujum / Author & Editor

Menulis membuat saya lebih dekat dengan dongeng-dongeng, cerita-cerita, panggung-panggung wayang itu sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

Coprights @ 2017, Designed By Djoem Art