Cupu Manik Astagina - Hanyalah matahari membagi kasih dengan sinarnya. Hanyalah
matahari selalu setia menemani bumi, berjalan dari timur menuju ke barat,
dengan hitungan yang pasti, dan manusia masih gagap mencari koordinat dan
hitungannya. Semua berlalu, semua membisu, semua terdiam, dan seakan semua
melupa.
Dan hanya matahari yang memiliki arsip paling lengkap, tersimpan rapi dalam sebuah istrumen, entah itu bisa disebut buku, atau semacam android, atau semacam layar kaca, televisi ataupun layar monitor laptop yang digunakan untuk berselancar di enternet. Yang jelas alat ini sangat canggih.
Dan hanya matahari yang memiliki arsip paling lengkap, tersimpan rapi dalam sebuah istrumen, entah itu bisa disebut buku, atau semacam android, atau semacam layar kaca, televisi ataupun layar monitor laptop yang digunakan untuk berselancar di enternet. Yang jelas alat ini sangat canggih.
Cupu Manik Astagina namanya, berbentuk cupu, bulat kecil,
berlayarkan kaca terbuat dari uraian air yang sudah menguai menjadi uap. Menyimpan
segudang memori, dari awal keberadaan bumi hingga sekarang, masa kita hidup,
masa tulisan ini menjadi cerpen, masa dimana manusia sudah lupa bahwa di jaman
dahulu pernah ada sebuah peradaban yang maha dahsyat. Di mana manusia mampu
bercengkrama dan jatuh cinta dengan matahari, dimana matahari bisa menjelma
menjadi manusia dan bercinta dengan manusia.
“Oh Surya, teruskan”. Kata wanita setengah baya yang
berbaring di atas tilam sari yang terbuat dari untaian pelangi, dengan sulaman
mega-mega, dan bercahayakan kemilauan. Di setiap sudut ruang penuh dengan miniatur
rasi bintang yang mampu berbicara. Bicaranya bagai alunan lagu syahdu mengantarkan
perjalanan hasrat nafsu birahi yang tengah melanda Indra. Ya nama wanita itu
adalah Indradi. Dia sudah bersuami, namun dia melakukan perselingkuhan dengan
Dewa Surya sang penguasa waktu.
“Indradi, ahh, kamu pandai sekali bermain.” Kata sang Surya.
“Ahh, teruskan, aku masih haus, ahhh.” Jawab Indradi sembari
bergoyang di atas tubuh penuh sinar, yaitu tubuh Dewa Surya.
Waktu tetap berjalan, pekat mega menutupi wajah Surya yang
keasyikan menikmati tubuh Indradi. Lama mereka bercinta di atas singgasananya,
di bilik pelaminan yang bersinar, cahaya memancar menjulang ke angkasa menembus
langit ke tujuh. Menyilaukan para dewa, sehingga dewa yang lain tidak mampu
mendeteksi keberadaan dan kelakuan sang Surya. Sementara di bumi, mega yang
tebal menggelayut, seakan menari-nari, terik sinar surya redup dan tertahan
karenanya. Manusia asyik bekerja lupa akan panas, dan merasa nyaman. Hari ini
serasa Dewa Surya berbagi kebahagiaan kepada semua makhluk.
“Sudahkah saying?” Bisik Sang Surya pada Indradi.
“Ah, terima kasih, pancaran sinarmu sepadan dengan tenagamu
menikmati tubuhku. Aku sangat menikmatinya dan serasa panas tanpa menyengat,
hangat menembus menjalar ke seluruh tubuhku. Aku terbakar oleh hasrat
senggamamu Kanda.” Jawab Indradi tersipu malu dan merajuk.
“Ah, kamu bisa saja.”
“Bisa memuaskan Kanda. Hihihihihi.” Indradi tertawa riang,
sementara tubuhnya masih telanjang bulat hanya tertutup rangkaian kabut tipis
yang saling menjalin, menjuntai tanpa arah dan menambah indahnya kemolekan
tubuh Indradi.
“Kanda Surya, apakah rahasia kita tetap terjaga?” Tanyanya
sambil menatap wajah Sang Surya yang kadang menyilaukan matanya.
“Hanya ini yang bisa membuka rahasia kita Indradi.” Tangan Dewa
Surya mengangkat sebuah barang berbentuk bulat, bagaikan globe yang terselubung
kabut tipis, ada banyak uap melingkupinya.
“Apa itu Kanda?” Tanya Indradi sambil memandang benda
tersebut.
“Cupu Manik Astagina.” Jawab Surya sambil tersenyum
memandang Indradi. “Simpanlah, jangan sampai cupu ini jatuh ke tangan siapapun,
termasuk anak kamu. Karena rahasia kita ada dalam cupu ini.”
“Kenapa sebuah cupu bisa mengetahui rahasia kita?” Desak
Indradi.
“Cupu ini bekerja dengan amat sangat teliti, hasil karyaku
yang bisa bekerja tanpat henti mencatat apa saja yang pernah saya lewati dan
saya lakukan. Termasuk menyaksikan berbagai belahan bumi, Cupu ini seperti mataku
sendiri, dan mengetahui apapun yang aku lihat.” Surya menjelaskan.
“Apa yang bisa saya perbuat dengan Cupu ini Kanda?” Rasa
ingin tahu Indradi yang terpesona melihat benda itu.
“Banyak sekali, termasuk masa lalu hingga kini ada dalam
cupu itu. Katakan apa yang ingin kamu ketahui kejadian di bumi atau apapun yang
aku lewati, pasti akan terpampang dengan jelas, akurat dan sangat teliti.”
Jawab Surya.
“Oh, emh, aku bisa melihat kejadian yang baru saja kita
lakukan?” Tanya Indradi mulai manja.
“Bisa. Tapi untuk apa? Bukankah kita bisa mengulanginya
lagi?” Surya mulai nakal dan memainkan cahayanya menyapu dan menepis setiap
jengkal tubuh Indradi.
Hari itu, Cupu dikenalkan oleh Surya, hari itu semua rekaman
di serahkan, semua tentang semesta raya, yang seharusnya dirahasiakan. Dan Cupu
Manik Astagina adalah catatan resmi bagi tiap manusia, maupun para dewa dan
makhluk lainnya. Catatan yang bisa bicara, dan bisa di replay semaunya, catatan
yang tak pernah berbohong, bahkan tentang aib yang dilakukan oleh Sang Surya.
Foto di ambil dari google search dengan kata kunci DEWA SURYA dan CUPU MANIK ASTAGINA.
0 komentar:
Posting Komentar